-->

Tips cantik dan sehat menyajikan berbagai info kecantikan, kesehatan,dan tentang wanita.

Senam Mat Pilates Pecahkan Rekor MURI: 1.150 Peserta Ikuti di Semarang

Senam Mat Pilates Pecahkan Rekor MURI: 1.150 Peserta Ikuti di Semarang

Senam Mat Pilates Pecahkan Rekor MURI: 1.150 Peserta Ikuti di Semarang

Rekor Nasional Senam Mat Pilates di Semarang

Senam mat pilates yang digelar secara serentak di empat kota mencatatkan rekor nasional dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Kegiatan ini berlangsung di Kota Semarang dan diikuti oleh total 1.150 peserta, melebihi target awal sebanyak 1.000 orang.

Kepala MURI Semarang, Ari Andriani menyampaikan apresiasi terhadap olahraga senam mat pilates terbesar secara nasional. Ia menjelaskan bahwa pihaknya memberikan penghargaan atas prakarsa Immoderma yang menyelenggarakan kegiatan ini secara hibrida dan serentak di empat kota, yaitu Semarang sebagai pusat kegiatan serta Bojonegoro, Purwokerto, dan Cirebon.

Jumlah peserta terbanyak berada di Semarang dengan 900 peserta, disusul Bojonegoro dengan 100 peserta, Purwokerto 100 peserta, dan Cirebon 50 peserta. Dari 1.000 peserta yang diusulkan, setelah diverifikasi jumlahnya mencapai 1.150 peserta.

"Ini menjadi rekor nasional senam mat pilates dengan peserta terbanyak," ujar Ari. "Ini juga merupakan kategori rekor pertama untuk mat pilates menggunakan matras."

Tujuan dan Pesan dari Immoderma

Direktur Marketing dan IT Immoderma, Teddy Agus menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya perempuan, bahwa kecantikan tidak hanya berasal dari tampilan luar, tetapi juga dari kesehatan tubuh. Ia menambahkan bahwa Immoderma sebelumnya dikenal dari sisi estetik. Namun, untuk menjadi cantik, tidak hanya melalui wajah yang glowing, tetapi juga dari dalam.

"Dengan adanya pilates yang diikuti perempuan di empat kota, kami ingin menyampaikan pesan bahwa sehat itu harus dimulai dari tubuh," jelas Teddy. Menurutnya, kegiatan ini terbuka untuk umum, tidak terbatas bagi pelanggan saja. Ia berharap budaya hidup sehat melalui olahraga dapat semakin meluas di masyarakat.

"Kami ingin menggalakkan budaya sehat melalui olah tubuh," tambahnya.

Manfaat Senam Mat Pilates

Dokter kecantikan, dr Sekar Putri Ariviana menambahkan bahwa kecantikan sejati dibangun dari dalam dan luar secara seimbang. Ia menjelaskan bahwa untuk mengajak wanita tampil cantik, bukan hanya dari luar, tapi juga dari dalam. Sel-sel tubuh perlu regenerasi agar lebih sehat, sehingga kecantikan bisa terpancar dari luar.

"Prinsip kami adalah cantik dari dalam dan cantik dari luar bersama Immoderma," jelasnya. Dia menyebut manfaat senam mat pilates sangat besar bagi kesehatan jasmani, mulai dari menjaga kebugaran tubuh, membantu regenerasi sel, hingga memancarkan kecantikan alami.

"Manfaatnya yang pasti untuk menjaga kesehatan tubuh, membuat sel-sel tubuh lebih sehat, dan memancarkan kecantikan dari luar."

"Cantik itu memang harus dari dalam dan luar sebagai satu kesatuan," ungkapnya.

Kesimpulan

Kegiatan senam mat pilates ini tidak hanya menjadi rekor nasional, tetapi juga menjadi ajang edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya kesehatan tubuh sebagai dasar dari kecantikan. Dengan partisipasi yang besar, kegiatan ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap gaya hidup sehat.

Kuliah Umum Kesehatan III ISKA-STIK Sint Carolus

Kuliah Umum Kesehatan III ISKA-STIK Sint Carolus

Kuliah Umum Kesehatan III ISKA-STIK Sint Carolus

Seminar Kesehatan: Membangun Sistem Rujukan yang Efektif dan Inklusif

Pada Jumat sore, 5 Desember 2025, di Gedung Pascasarjana STIK Sint Carolus, Salemba Tengah, Jakarta, Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Sint Carolus menggelar Serial Kuliah Umum Kesehatan III. Acara ini memiliki tema “Kebijakan, Komunikasi, dan Teknologi dalam Membangun Sistem Rujukan Kesehatan yang Efektif dan Inklusif”. Tujuan dari acara ini adalah untuk menciptakan ruang dialog strategis yang dapat menjawab tantangan sistem rujukan kesehatan yang hingga kini masih menjadi masalah mendasar dalam pemerataan layanan kesehatan di Indonesia.

Salah satu pembicara utama dalam acara ini adalah Prof Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad (K), yang merupakan Penasihat Khusus Presiden Bidang Kesehatan. Dalam keynote speech-nya, ia menekankan bahwa sistem rujukan adalah “jantung dari layanan kesehatan” yang sangat berpengaruh terhadap kualitas penanganan pasien di seluruh lini pelayanan. Ia juga menegaskan bahwa pusat dari sistem kesehatan bukanlah fasilitas atau tenaga medis, tetapi pasien itu sendiri.

“Ketika kita membangun sistem rujukan, yang harus ditempatkan di tengah adalah manusia—pasien—bukan teknologi atau prosedur,” ujarnya. Menurutnya, teknologi seharusnya digunakan untuk “memanusiakan”, bukan malah menambah kerumitan administrasi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa layanan kesehatan tidak hanya efisien, tetapi juga manusiawi.

Selain itu, Terawan juga membahas beberapa tantangan klasik yang masih menghimpit pelaksanaan rujukan di Indonesia. Salah satunya adalah disparitas antarwilayah, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam akses layanan kesehatan. Beban rujukan yang terlalu berat di rumah sakit rujukan besar juga menjadi isu serius. Selain itu, perbedaan standar kompetensi di berbagai daerah juga menjadi kendala dalam pemerataan kualitas layanan.

Masalah lain yang disampaikan oleh Terawan adalah belum terintegrasinya data kesehatan nasional. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sistem di tingkat daerah yang mengacu pada otonomi daerah. Perbedaan ini membuat pengelolaan data kesehatan menjadi sulit, sehingga menghambat upaya pembangunan sistem rujukan yang efektif dan inklusif.

Beberapa poin penting yang disampaikan dalam seminar ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana sistem rujukan kesehatan bisa diperbaiki. Dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan integrasi data yang lebih baik, diharapkan layanan kesehatan di Indonesia akan semakin merata dan berkualitas.

Tantangan Utama dalam Sistem Rujukan Kesehatan

Berikut beberapa tantangan utama dalam sistem rujukan kesehatan di Indonesia:

  • Disparitas antarwilayah
    Ketidakseimbangan akses layanan kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah serius. Daerah-daerah tertentu kurang memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan layanan yang tepat.

  • Beban rujukan yang berlebihan
    Rumah sakit rujukan besar seringkali mengalami kelebihan kapasitas. Hal ini menyebabkan pasien tidak mendapatkan perawatan yang optimal dan menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar.

  • Perbedaan standar kompetensi
    Standar kompetensi tenaga medis di berbagai daerah tidak konsisten. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam kualitas layanan yang diberikan kepada pasien.

  • Tidak terintegrasinya data kesehatan
    Sistem data kesehatan yang tidak terintegrasi menghambat koordinasi antar-fasilitas kesehatan. Perbedaan sistem di tingkat daerah juga memperparah masalah ini.

Solusi untuk Membangun Sistem Rujukan yang Lebih Baik

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa solusi telah diajukan dalam seminar ini:

  • Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
    Pelatihan dan sertifikasi yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan di seluruh Indonesia.

  • Penguatan infrastruktur kesehatan
    Pemerintah perlu memperkuat infrastruktur kesehatan di daerah-daerah terpencil agar semua masyarakat dapat mengakses layanan yang layak.

  • Integrasi sistem data kesehatan
    Pemetaan data kesehatan secara nasional dapat membantu mempercepat proses rujukan dan meningkatkan akurasi diagnosis.

  • Pemanfaatan teknologi secara bijak
    Teknologi harus digunakan untuk memudahkan proses rujukan, bukan malah menambah kompleksitas administrasi.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sistem rujukan kesehatan di Indonesia dapat menjadi lebih efektif dan inklusif, sehingga semua masyarakat dapat mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.

Kasus HIV Tembus 23 Ribu, KPA dan Dinkes Papua Tengah Ajak Hapus Stigma

Kasus HIV Tembus 23 Ribu, KPA dan Dinkes Papua Tengah Ajak Hapus Stigma

Kasus HIV Tembus 23 Ribu, KPA dan Dinkes Papua Tengah Ajak Hapus Stigma

Peringatan Hari AIDS Sedunia di Papua Tengah

Pada perayaan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2025, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah menggelar berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini HIV/AIDS. Salah satu acara utama adalah jalan santai dan senam sehat yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 6 Desember 2025.

Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen bersama untuk menekan penyebaran HIV dan AIDS yang masih tinggi di wilayah Papua Tengah. Acara tersebut juga dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan gratis yang diharapkan dapat memberikan akses layanan kesehatan bagi masyarakat luas.

Angka Kasus HIV/AIDS di Delapan Kabupaten

Ketua KPA Provinsi Papua Tengah, Freny Anouw, menyampaikan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS di delapan kabupaten telah mencapai angka yang cukup signifikan, yaitu 23.535 kasus. Ia menekankan perlunya kerja sama antara berbagai stakeholder, termasuk tokoh adat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), untuk mempercepat upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit ini.

Freny menegaskan bahwa mereka yang sudah terinfeksi harus segera masuk dalam pengobatan, sementara masyarakat yang belum terkena harus tetap menjaga diri dan menghindari perilaku yang berisiko.

Pentingnya Menghilangkan Stigma terhadap ODHA

Plt Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Papua Tengah, dr. Agus, menekankan pentingnya menghilangkan stigma terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA). Menurutnya, yang harus dijauhi adalah penyakitnya, bukan orangnya.

Agus mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini agar bisa mengetahui status HIV sedini mungkin. Bagi yang positif, ia menekankan kewajiban minum obat setiap hari seumur hidup untuk memutuskan penularan.

Ia juga memperkenalkan slogan pencegahan HIV yang dikampanyekan, yaitu STOP: Sulu (deteksi), Temukan, Obati, dan Pertahankan. Dengan slogan ini, diharapkan masyarakat lebih sadar akan pentingnya tindakan preventif.

Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat

Rangkaian kegiatan Hari AIDS Sedunia yang diisi oleh senam sehat dan pemeriksaan kesehatan gratis diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini HIV dan AIDS. Acara ini juga menjadi momen penting untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya hidup sehat dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan kesehatan.

Dalam rangkaian acara tersebut, peserta tidak hanya berpartisipasi dalam aktivitas fisik, tetapi juga mendapatkan informasi penting tentang HIV/AIDS serta cara mencegah penularannya.

Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan masyarakat Papua Tengah semakin sadar akan risiko HIV/AIDS dan lebih proaktif dalam menjaga kesehatan diri sendiri maupun orang sekitar. Selain itu, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini juga diharapkan dapat membantu mengurangi beban kesehatan di daerah tersebut.


Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Ajak Masyarakat Dukung Pasien TB yang Sudah Berobat

Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Ajak Masyarakat Dukung Pasien TB yang Sudah Berobat

Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Ajak Masyarakat Dukung Pasien TB yang Sudah Berobat

Peran Klinik Utama Rotinsulu dalam Peningkatan Layanan Kesehatan

Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Azhar Jaya, memberikan pesan penting kepada masyarakat terkait pengobatan Tuberkulosis (TB). Menurutnya, masyarakat tidak boleh menjauhi pasien TB yang sudah menjalani pengobatan. Hal ini karena, jika seseorang telah ditemukan menderita TB dan menjalani pengobatan selama dua minggu, maka orang tersebut sebenarnya sudah tidak menular lagi.

Pernyataan ini disampaikan oleh Azhar Jaya setelah meresmikan Klinik Utama Rotinsulu Dr. H. A. Rotinsulu Garut, yang terletak di Jalan Pembangunan, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, pada Kamis (4/12/2025) lalu. Ia menilai peresmian klinik ini menjadi langkah penting dalam upaya peningkatan layanan kesehatan, khususnya untuk penyakit paru dan TB, di Garut dan sekitarnya.

Azhar menyebutkan bahwa potensi pengembangan Klinik Utama ini di masa depan akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat. "Ke depan kalau memang dibutuhkan, dan masyarakat banyak yang berobat di Klinik ini bisa saja menjadi suatu rumah sakit," ujarnya.

Selain itu, Azhar Jaya juga menyampaikan instruksi dari Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk mengeluarkan Indonesia dari tiga besar penyakit ini. Secara khusus, ia menyoroti pentingnya program penanggulangan TB yang efektif melalui penemuan kasus, kepatuhan pengobatan, dan pentingnya Pendamping Minum Obat (PMO) bagi pasien.

"Agar masyarakat tidak menjauhi pasien TB yang sudah menjalani pengobatan. Jadi kalau orang sudah kita temukan, sudah diobati selama dua minggu, maka sebenarnya dia sudah tidak menular lagi," tegasnya.

Harapan Pemerintah Daerah Garut

Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana, menyampaikan harapan besar dari Pemerintah Daerah Garut. Dengan populasi sebesar 2,8 juta jiwa, Garut masih menghadapi kekurangan fasilitas rujukan, terutama bed rumah sakit.

Nurdin menyebutkan bahwa pendapat yang disampaikan oleh Bu Dokter Leli, Kadinkes Garut, tentang persebaran penyakit di Garut, menunjukkan bahwa harapan pemerintah daerah adalah jika Klinik Utama Rotinsulu dapat berubah menjadi rumah sakit. Hal ini akan menambah komponen-komponen stakeholder lainnya, sehingga pada akhirnya akan berbagi tugas.

Nurdin juga mendukung perubahan status dan perluasan Klinik Utama Rotinsulu menjadi rumah sakit, terutama jika spesifikasinya dapat mendukung penanganan penyakit paru sekaligus membantu percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Garut.

Fokus pada Layanan Kesehatan yang Lebih Baik

Dalam konteks yang lebih luas, peresmian Klinik Utama Rotinsulu menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah Garut. Klinik ini tidak hanya berperan dalam penanganan TB, tetapi juga dapat menjadi pusat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.

Kehadiran klinik ini diharapkan dapat mengurangi beban rumah sakit umum yang saat ini sedang menghadapi kesulitan dalam menampung pasien. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas tanpa harus melakukan rujukan yang terlalu jauh.

Selain itu, keberadaan klinik ini juga menjadi wadah untuk edukasi masyarakat tentang pentingnya pengobatan TB dan cara mencegah penyebarannya. Dengan kesadaran masyarakat yang meningkat, diharapkan angka kejadian TB di Garut dapat terus menurun.


Cegah Penyakit di Pengungsian, Kemenkes Pastikan Ketersediaan Obat dan Alat Medis

Cegah Penyakit di Pengungsian, Kemenkes Pastikan Ketersediaan Obat dan Alat Medis

Cegah Penyakit di Pengungsian, Kemenkes Pastikan Ketersediaan Obat dan Alat Medis

Kementerian Kesehatan Pastikan Layanan Kesehatan di Wilayah Terdampak Bencana Berjalan Lancar

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memastikan bahwa layanan kesehatan di wilayah yang terdampak bencana tetap berjalan sesuai standar. Hal ini dilakukan dengan fokus pada stabilitas suplai dan percepatan distribusi logistik kesehatan, terutama dalam kondisi infrastruktur yang mengalami kerusakan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk menjaga kelancaran distribusi obat-obatan dasar, alat kesehatan, serta nutrisi bagi kelompok rentan seperti pengungsi. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, dr. Rizka Andalucia, menyatakan bahwa koordinasi antara pusat dan tim daerah terus dilakukan secara intensif, meskipun komunikasi di lapangan sering terganggu.

Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan oleh Kemenkes:

  • Pengamanan Stok Obat dan Alat Kesehatan
    Obat-obatan dasar, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan dipastikan tersedia untuk mengantisipasi penyakit umum yang muncul di pengungsian seperti batuk, pilek, demam, diare, serta penyakit kulit. Beberapa wilayah terdampak mengalami kerusakan gudang farmasi yang menyebabkan stok obat dan vaksin rusak atau tidak dapat digunakan.

  • Distribusi Logistik Melalui Medan
    Untuk mempercepat penyaluran, distribusi logistik dipusatkan melalui Medan agar pengiriman dapat dilakukan lebih cepat dan tidak terhambat jarak. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengatasi kendala akses akibat kerusakan infrastruktur.

  • Keberlanjutan Layanan untuk Pasien Kronis
    Kemenkes juga menjamin keberlanjutan layanan bagi pasien penyakit kronis, termasuk hemodialisis. Pasien dari fasilitas terdampak dialihkan ke rumah sakit terdekat. Suplai obat, tabung oksigen, dan logistik penunjang lainnya turut dipastikan aman. Anti Tetanus Serum (ATS) juga telah dikirim untuk mencegah infeksi luka akibat paku, seng, atau reruntuhan.

  • Pemantauan Intensif Selama Satu Minggu
    Pemantauan intensif akan dilakukan selama satu minggu ke depan untuk memastikan kebutuhan kesehatan pengungsi dan fasilitas layanan tetap terpenuhi tanpa hambatan.

Perlindungan Nutrisi untuk Kelompok Rentan

Selain itu, perlindungan nutrisi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita juga menjadi prioritas. Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga, dr. Lovely Daisy, menegaskan bahwa distribusi susu formula tidak boleh dilakukan sembarangan di lokasi bencana karena tingginya risiko kesehatan akibat keterbatasan air bersih dan sanitasi.

Di Aceh telah diterbitkan surat edaran resmi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi kepada seluruh kabupaten/kota untuk tidak menyalurkan susu formula tanpa prosedur. Jika memang diperlukan dalam kondisi kegawatdaruratan, penyaluran susu formula wajib melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar dapat dinilai kelayakannya dan dipantau penggunaannya.

Distribusi Makanan Tambahan dan Supervisi Dapur Umum

Untuk memenuhi kebutuhan gizi kelompok rentan, tenaga gizi dari Puskesmas diterjunkan untuk supervisi dapur umum. Kemenkes juga telah mendistribusikan Makanan Tambahan (PMT) sejak 28 November melalui jalur udara dan darat untuk menjangkau wilayah terisolasi. Sebagian bantuan sudah tiba dan distribusi lanjutan terus berjalan.

Kesimpulan

Dengan penguatan suplai logistik kesehatan, pengamanan distribusi bantuan, serta penjagaan ketat terhadap kebutuhan nutrisi kelompok rentan, Kemenkes memastikan layanan kesehatan di wilayah terdampak bencana tetap berjalan aman, efektif, dan sesuai standar. Langkah-langkah ini dilakukan untuk memastikan kesehatan masyarakat tetap terjaga meski dalam situasi darurat.


Back To Top