CISDI: Polusi Udara Picu Penyakit Jantung
:strip_icc():format(webp)/article/jtOV04ShfCNNPCKWDo9QQ/original/085643800_1567221624-Ancaman-Polusi-Udara-terhadap-Kesehatan-Jantung-By-New-Africa-Shutterstock.jpg)
Dampak Kesehatan Polusi Udara yang Perlu Diwaspadai
Polusi udara tidak hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi juga berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Menurut Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan penurunan fungsi koginitif.
Dalam rangkaian kampanye udara bersih di Jakarta, Fahrial Kautsar, Policy and Advocacy Manager CISDI, menjelaskan bahwa data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta per Oktober 2025 menunjukkan lebih dari satu juta masyarakat Jakarta telah terpapar infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hal ini menunjukkan betapa seriusnya kondisi kualitas udara di ibu kota.
Fahrial juga mengungkapkan hasil riset yang menunjukkan bahwa kelompok rentan seperti pekerja informal di luar ruangan, anak-anak, lansia, dan masyarakat berpenghasilan rendah mengalami dampak lebih parah dari polusi udara. Mereka memiliki akses terbatas terhadap upaya mitigasi seperti penyaring udara atau layanan kesehatan.
Peran Tata Kota dalam Memperburuk Kualitas Udara
Hernani Yulinawati, akademisi di bidang Teknik Lingkungan, menjelaskan bahwa perspektif tata kota juga memengaruhi kualitas udara Jakarta. Dia menyebutkan bahwa perembetan perkotaan (urban sprawl) dan minimnya ruang terbuka hijau semakin meningkatkan kadar polusi udara. Hal ini menunjukkan bahwa solusi untuk mengatasi polusi udara tidak hanya terletak pada kebijakan lingkungan, tetapi juga pada perencanaan kota yang lebih berkelanjutan.
Peran Masyarakat dalam Mengurangi Polusi Udara
Harits Kamaaluddin, pendiri komunitas Menemukenali, menyerukan partisipasi aktif masyarakat dalam mengurangi polusi udara. Ia mengajak masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup rendah emisi, menggunakan transportasi umum, memantau kualitas udara harian, serta mengonsumsi makanan dengan gizi yang cukup. Tindakan sederhana ini bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Kampanye Instalasi “Langit (Seharusnya) Biru”
CISDI juga meluncurkan kampanye instalasi udara bersih bernama “Langit (Seharusnya) Biru” di Jalan Kendal, kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas. Instalasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kondisi kualitas udara Jakarta yang semakin mengkhawatirkan.
Project Lead for Air Pollution Campaign CISDI Wisya Aulia Prayudi menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat terhadap isu polusi udara masih rendah. “Kesadaran publik terhadap dampak jangka panjang polusi udara juga masih rendah, dan lebih jauh lagi, terdapat kesenjangan antara kesadaran dan aksi,” ujar Wisya.
Contohnya, banyak masyarakat yang sadar akan kualitas udara yang buruk, namun masih banyak orang yang tidak melindungi diri seperti menggunakan masker yang efektif ketika berada di luar ruangan.
Pesan Penting dari Instalasi
Instalasi “Langit (Seharusnya) Biru” menampilkan visual langit yang kontras, dari langit kusam yang berubah menjadi langit biru dengan seruan bahwa langit seharusnya berwarna biru. Visual ini menggambarkan kontras antara kondisi nyata dan kondisi ideal kualitas udara Jakarta saat ini.
Pada bagian dalam instalasi terdapat pesan kampanye yang merepresentasikan pikiran masyarakat mengenai kondisi udara yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari mereka. “Instalasi ini secara langsung ingin mengajak masyarakat berhenti sejenak dan menyadari bahwa langit biru adalah hak semua orang. Instalasi ini menjadi pintu masuk untuk memahami isu kualitas udara dan kenapa langit bisa berubah warna karena polusi,” ujar Wisya.
