-->

Tips cantik dan sehat menyajikan berbagai info kecantikan, kesehatan,dan tentang wanita.

Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Ajak Masyarakat Dukung Pasien TB yang Sudah Berobat

Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Ajak Masyarakat Dukung Pasien TB yang Sudah Berobat

Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Ajak Masyarakat Dukung Pasien TB yang Sudah Berobat

Peran Klinik Utama Rotinsulu dalam Peningkatan Layanan Kesehatan

Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Azhar Jaya, memberikan pesan penting kepada masyarakat terkait pengobatan Tuberkulosis (TB). Menurutnya, masyarakat tidak boleh menjauhi pasien TB yang sudah menjalani pengobatan. Hal ini karena, jika seseorang telah ditemukan menderita TB dan menjalani pengobatan selama dua minggu, maka orang tersebut sebenarnya sudah tidak menular lagi.

Pernyataan ini disampaikan oleh Azhar Jaya setelah meresmikan Klinik Utama Rotinsulu Dr. H. A. Rotinsulu Garut, yang terletak di Jalan Pembangunan, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, pada Kamis (4/12/2025) lalu. Ia menilai peresmian klinik ini menjadi langkah penting dalam upaya peningkatan layanan kesehatan, khususnya untuk penyakit paru dan TB, di Garut dan sekitarnya.

Azhar menyebutkan bahwa potensi pengembangan Klinik Utama ini di masa depan akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat. "Ke depan kalau memang dibutuhkan, dan masyarakat banyak yang berobat di Klinik ini bisa saja menjadi suatu rumah sakit," ujarnya.

Selain itu, Azhar Jaya juga menyampaikan instruksi dari Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk mengeluarkan Indonesia dari tiga besar penyakit ini. Secara khusus, ia menyoroti pentingnya program penanggulangan TB yang efektif melalui penemuan kasus, kepatuhan pengobatan, dan pentingnya Pendamping Minum Obat (PMO) bagi pasien.

"Agar masyarakat tidak menjauhi pasien TB yang sudah menjalani pengobatan. Jadi kalau orang sudah kita temukan, sudah diobati selama dua minggu, maka sebenarnya dia sudah tidak menular lagi," tegasnya.

Harapan Pemerintah Daerah Garut

Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana, menyampaikan harapan besar dari Pemerintah Daerah Garut. Dengan populasi sebesar 2,8 juta jiwa, Garut masih menghadapi kekurangan fasilitas rujukan, terutama bed rumah sakit.

Nurdin menyebutkan bahwa pendapat yang disampaikan oleh Bu Dokter Leli, Kadinkes Garut, tentang persebaran penyakit di Garut, menunjukkan bahwa harapan pemerintah daerah adalah jika Klinik Utama Rotinsulu dapat berubah menjadi rumah sakit. Hal ini akan menambah komponen-komponen stakeholder lainnya, sehingga pada akhirnya akan berbagi tugas.

Nurdin juga mendukung perubahan status dan perluasan Klinik Utama Rotinsulu menjadi rumah sakit, terutama jika spesifikasinya dapat mendukung penanganan penyakit paru sekaligus membantu percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Garut.

Fokus pada Layanan Kesehatan yang Lebih Baik

Dalam konteks yang lebih luas, peresmian Klinik Utama Rotinsulu menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah Garut. Klinik ini tidak hanya berperan dalam penanganan TB, tetapi juga dapat menjadi pusat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.

Kehadiran klinik ini diharapkan dapat mengurangi beban rumah sakit umum yang saat ini sedang menghadapi kesulitan dalam menampung pasien. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas tanpa harus melakukan rujukan yang terlalu jauh.

Selain itu, keberadaan klinik ini juga menjadi wadah untuk edukasi masyarakat tentang pentingnya pengobatan TB dan cara mencegah penyebarannya. Dengan kesadaran masyarakat yang meningkat, diharapkan angka kejadian TB di Garut dapat terus menurun.


Cegah Penyakit di Pengungsian, Kemenkes Pastikan Ketersediaan Obat dan Alat Medis

Cegah Penyakit di Pengungsian, Kemenkes Pastikan Ketersediaan Obat dan Alat Medis

Cegah Penyakit di Pengungsian, Kemenkes Pastikan Ketersediaan Obat dan Alat Medis

Kementerian Kesehatan Pastikan Layanan Kesehatan di Wilayah Terdampak Bencana Berjalan Lancar

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memastikan bahwa layanan kesehatan di wilayah yang terdampak bencana tetap berjalan sesuai standar. Hal ini dilakukan dengan fokus pada stabilitas suplai dan percepatan distribusi logistik kesehatan, terutama dalam kondisi infrastruktur yang mengalami kerusakan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk menjaga kelancaran distribusi obat-obatan dasar, alat kesehatan, serta nutrisi bagi kelompok rentan seperti pengungsi. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, dr. Rizka Andalucia, menyatakan bahwa koordinasi antara pusat dan tim daerah terus dilakukan secara intensif, meskipun komunikasi di lapangan sering terganggu.

Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan oleh Kemenkes:

  • Pengamanan Stok Obat dan Alat Kesehatan
    Obat-obatan dasar, bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan dipastikan tersedia untuk mengantisipasi penyakit umum yang muncul di pengungsian seperti batuk, pilek, demam, diare, serta penyakit kulit. Beberapa wilayah terdampak mengalami kerusakan gudang farmasi yang menyebabkan stok obat dan vaksin rusak atau tidak dapat digunakan.

  • Distribusi Logistik Melalui Medan
    Untuk mempercepat penyaluran, distribusi logistik dipusatkan melalui Medan agar pengiriman dapat dilakukan lebih cepat dan tidak terhambat jarak. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengatasi kendala akses akibat kerusakan infrastruktur.

  • Keberlanjutan Layanan untuk Pasien Kronis
    Kemenkes juga menjamin keberlanjutan layanan bagi pasien penyakit kronis, termasuk hemodialisis. Pasien dari fasilitas terdampak dialihkan ke rumah sakit terdekat. Suplai obat, tabung oksigen, dan logistik penunjang lainnya turut dipastikan aman. Anti Tetanus Serum (ATS) juga telah dikirim untuk mencegah infeksi luka akibat paku, seng, atau reruntuhan.

  • Pemantauan Intensif Selama Satu Minggu
    Pemantauan intensif akan dilakukan selama satu minggu ke depan untuk memastikan kebutuhan kesehatan pengungsi dan fasilitas layanan tetap terpenuhi tanpa hambatan.

Perlindungan Nutrisi untuk Kelompok Rentan

Selain itu, perlindungan nutrisi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita juga menjadi prioritas. Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga, dr. Lovely Daisy, menegaskan bahwa distribusi susu formula tidak boleh dilakukan sembarangan di lokasi bencana karena tingginya risiko kesehatan akibat keterbatasan air bersih dan sanitasi.

Di Aceh telah diterbitkan surat edaran resmi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi kepada seluruh kabupaten/kota untuk tidak menyalurkan susu formula tanpa prosedur. Jika memang diperlukan dalam kondisi kegawatdaruratan, penyaluran susu formula wajib melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar dapat dinilai kelayakannya dan dipantau penggunaannya.

Distribusi Makanan Tambahan dan Supervisi Dapur Umum

Untuk memenuhi kebutuhan gizi kelompok rentan, tenaga gizi dari Puskesmas diterjunkan untuk supervisi dapur umum. Kemenkes juga telah mendistribusikan Makanan Tambahan (PMT) sejak 28 November melalui jalur udara dan darat untuk menjangkau wilayah terisolasi. Sebagian bantuan sudah tiba dan distribusi lanjutan terus berjalan.

Kesimpulan

Dengan penguatan suplai logistik kesehatan, pengamanan distribusi bantuan, serta penjagaan ketat terhadap kebutuhan nutrisi kelompok rentan, Kemenkes memastikan layanan kesehatan di wilayah terdampak bencana tetap berjalan aman, efektif, dan sesuai standar. Langkah-langkah ini dilakukan untuk memastikan kesehatan masyarakat tetap terjaga meski dalam situasi darurat.


Back To Top